Friday 1 June 2012

The worst day ever for us, maybe.

6 Februari 2012.

Hari pertama kita retreat! Ternyata, teman-teman BPK Plus itu asyik diajak ngobrol. Tidak yang seperti kita bayangkan. Kalau kita mah ngebayanginnya mereka tuh sombong, gak asyik diajak ngobrol, pokoknya apa-apa yang buruk. Terlalu berpikiran negatif.

Pokoknya, hari itu seru banget. Tapi, malamnya, banyak yang insomnia, karena kita gak biasa sama villa yang kita tempati. Untungnya aku nggak insomnia. Aku tidur 1 jam setelah acara selesai, pukul 11 malam.

7 Februari 2012.

Aku bangun pukul setengah enam pagi. Mataku rasanya berat banget, pengen tidur lagi, cuma gak bisa, soalnya kita harus renungan pagi. Bu Ike -guru PKn & IPS- sampe heboh banget, soalnya kita baru bangun, padahal renungan udah mau mulai. ._.

Setelah itu, kita senam pagi, dipimpin oleh Bu Yuli -guru Penjaskes- , setelah itu sama Bu Ike. Kalau sama Bu Yuli, kita poco-poco. Untung aku udah pernah coba di sekolah. Tinggal teman-teman BPK Plus deh yang belum terlalu bisa. :O
Kalau sama Bu Ike, senam bebas gitulah, tapi musiknya.. Aduhai. Lagu Chaiya Chaiya! Gerakan Bu Ike gak bisa aku ikuti dengan baik, soalnya lumayan susah.

Okay. Here we go. :)

Waktunya kami bikin lampion. Nah, nanti lampion itu diisi dengan harapan. Aku lupa harapanku apa, tapi aku ingat kalau aku cantumkan di kertas : "Lulus SD!" . Saat aku minta bantuan sama Bu Ane -guru seni- aku dengar dari Ms Thassia -guru seni musik sekaligus wali kelas- kalau sekarang Daniel nafasnya satu-satu. Aku gak ngerti apa itu -maklumilah, saya kurang suka dan kurang pandai IPA- , makanya itu aku tanyain ke Bu Devi -guru IPA- terus, katanya, kalau orang nafas satu-satu itu, ya, nafasnya satu-satu. Bu Devi kasih contoh. Oh, gitu toh, nafas satu-satu itu.

Saat aku udah selesai bikin lampion, aku dengar dari siapa gitu, lupa. Katanya:

"Tat, Daniel meninggal."
"Hah? Masa sih? Serius lu?!" -maaf pake gue elu-
"Serius. Tanya aja sama Peggy."

Terus aku tanyain si Peggy.

"Peg, beneran si Daniel meninggal?"
"Iya, Tat."
"Boong lu ah."
"Gue ga boong. Gue serius.. Tanyain guru aja." Peggy meyakinkan aku.

Dadaku sakit banget. Sesak. Aku tidak bisa percaya kalo dia benar-benar meninggal. Tapi, mau berbuat apa lagi? Kehendak Tuhan tidak bisa diubah.

Setelah aku kasih tahu teman-teman yang duduk di dekatku - Audrey, Ajeng, Eba, dll. , Audrey dan Eba nangis, Ajeng masih gak percaya. Dia nanyain aku.

"Tat, serius Daniel meninggal?"
"Iya, Jeng, gue serius."
"Dua rius?"
"Seratus rius dah."
"Beneran, ih, gue ga percaya, Tat!"
"Terima kenyataan, Jeng. Gue gak ngada-ngada. Kalo mau, tanyain aja sama guru."

Aku menangis. Belum pernah aku sesedih ini hanya untuk teman. Dan aku merasakannya saat itu. Sakit. Sangat sakit. Dan saat itu aku belum sepenuhnya percaya apa yang aku dengar dari mereka tadi. Tapi, kehendak Tuhan, jadilah. Lalu, di layar, terpampang tulisan :

"Rest In Peace, our best friend, Enrico (Daniel) Gabriel Sitorus." -aku lupa lagi tulisan selanjutnya-

Ada fotonya juga. Di foto itu dia terlihat sangat sehat.

Tangisku semakin pilu melihat layar itu.

Aku lihat teman-teman lain. Bahkan, anak laki-laki yang sering mengatakan : "Gue mah ga cengeng kali. Gue mah ga bakalan nangis!" yup, mereka nangis, walaupun gak semua. -sepertinya sih wajar-wajar saja-

Setelah itu, kami pun berdoa untuk Daniel.

Setelah berdoa, aku berpikir tentang sesuatu. Ya, lebih baik begini ketimbang dia terus menderita. Di surga jauh lebih baik daripada di dunia yang kelam ini. Ini adalah jalan yang terbaik.

Setelah itu, saatnya games outdoor! Ya, kami tidak berlama-lama larut dalam kesedihan, karena gamesnya sangat menyenangkan dan susah! Haha. Dan asyiknya lagi, setelah kami bermain games, kami berenang. Belum pernah aku berenang bersama teman-teman -huh-_- - . Makanya itu, aku sangat menikmati kesempatan ini.

Tiba saatnya untuk pulang. Dan pukul 3 sore, kami tiba di sekolah dengan selamat, tanpa kekurangan suatu apapun.

Keesokan harinya, tiba saatnya untuk melihat Daniel. Untuk yang terakhir kalinya.

No comments:

Post a Comment