Sunday 3 June 2012

Kesempatan terakhir kami untuk melihat dia.

8 Februari 2012.

Pagi hari, kami, kelas 6A, 6B, dan guru-guru, berkumpul di sekolah. Perasaan kami bercampur aduk. Senang karena tidak ada pelajaran untuk hari itu -dan ada pelajaran yang tidak aku sukai di hari itu ._.- , sedih karena.. ya, you know it.

Aduh, naik bis! -satu dari sekian banyak kelemahan saya adalah mabuk darat!- Semoga gak mabuk. ._.

Nah, kita mau ke rumah duka, di Rumah Duka RS. St. Carolus -rumah sakit terakhir tempat Daniel dirawat- , Jakarta. Lumayan jauh. Untuk menghilangkan rasa bosan, kami berlatih menyanyi lagu untuk kami nyanyikan di sana.
Setelah berlatih, beberapa dari kami menuliskan kesan untuk Daniel. Kesan pertama ditulis oleh Ms Thassia -sekali lagi, wali kelas!- , kesan kedua ditulis oleh Agavia dan Ruth, kesan ketiga ditulis oleh laki-laki 6A, kesan terakhir ditulis olehku dan Cindy. Saking sedihnya, kata-kata yang kami tulis begitu formal dan puitis. Bahasa santai ditiadakan sejenak.

Akhirnya, kami tiba di rumah duka. Wangi khas langsung dapat kami cium saat kami memasuki rumah duka. Lalu, aku berpikir. Baru sekali ini aku melayat teman. Baru sekali ini aku melayat memakai baju yang bukan berwarna hitam. Kami memakai baju kotak-kotak berwarna merah - seragam kami setiap hari Kamis. Aneh rasanya. :O

"Hei, ayo, siapin tissue kalian bagi yang gak kuat..." kata temanku. Aku lupa siapa yang bicara begitu.

Iye, iye.. Tissue udah siap di kantong rompi.. kataku dalam hati.

Tiba saatnya. Air mataku keluar, sedikit. Daniel, dengan balutan kemeja, jas, celana panjang hitam, dan sepatu hitam mengkilat. Rapi. Badannya kaku di peti mati. Sedih rasanya membayangkan peti mati itu ditutup.

Setelah melihat alm. Daniel, kami keluar lewat belakang. Di belakang, kami melihat adiknya. Walaupun dia masih kecil dan belum terlalu mengerti, tetapi dari raut mukanya, definitely, he was so sad. Just like us. Dia terlihat hampa. Mungkin, dia takut sendirian, tanpa kakaknya. Aku membayangkan rasanya kehilangan kakak tersayang. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.

Setelah keluar, kami masuk lagi, untuk menyanyikan lagu yang akan kami bawakan. Aku lupa judul lagu itu, karena aku belum pernah menyanyikan lagu itu sebelumnya -kecuali saat latihan- . Dan parahnya lagi, suaraku serak saat itu! Jadi, aku hanya mengeluarkan sedikit suara. Tetapi, teman-temanku bilang, yang penting menyanyi tulus. Dan, jujur, aku tulus menyanyikan lagu itu, walaupun hanya dengan setengah suara.

Setelah kami bernyanyi, tiba saatnya untuk mendengarkan khotbah dari guru PAK kami, Pak Karno. Karena khotbah dari Pak Karno ditujukan untuk orang dewasa, jadi aku tidak terlalu mengerti. Tetapi, aku tahu bahwa intinya adalah untuk menghibur teman-teman dan keluarga yang berduka.

Saatnya kami kembali ke Bogor. Kami tidak mengikuti ibadah tutup peti dan ibadah pemakaman. Hanya beberapa guru yang mengikuti kedua ibadah tersebut.

Selamat jalan, sobatku terkasih, Enrico Gabriel Sitorus. We're gonna miss you so much.

-the end-

No comments:

Post a Comment